Sabtu, 24 Oktober 2020

Liburan Gratis Keliling Sumatera Barat, Kok Bisa?

No comments    

Name: Nitana Talia

Student Number: A1B218091

Class: R-003

Creative Writing Practice - 4th Assignment




Hi fellas! Kalian pasti sudah tidak asing dengan istilah "hobi yang dibayar". Pekerjaan yang menyenangkan dan memuaskan adalah disaat pekerjaan tersebut merupakan hal yang sangat kita sukai atau kita gemari. Aku senang sekali mengunjungi destinasi-destinasi wisata terutama wisata alam. Kali ini, Aku mengunjungi provinsi Sumatera Barat untuk kesekian kalinya. Namun, dengan suasana yang berbeda karena kami akan memandu 110 karyawan salah satu bank BUMN  Cabang Jambi untuk mengunjungi beberapa destinasi wisata yang ada di Sumatera Barat selama dua hari tiga malam.

Perjalanan dimulai dari  Kota Jambi dan kami membagi peserta tour kedalam 3 rombungan bus pariwisata. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 12 jam dari Kota Jambi menuju Whiz Prime Hotel Khatib Sulaiman di Kota Padang, sebagai pemandu wisata aku bertugas menjelaskan setiap hal mengenai destinasi tujuan kami menggunakan alat pengeras suara atau  mikrofon yang telah disediakan di dalam bus. Ini cukup menyenangkan karena aku dapat melatih kemampuan berbicara didepan umum atau public speaking.

Hari pertama di kota Padang, kami memulai dengan mengunjungi ABG Waterpark yang merupakan sebuah kolam pemandian yang berlokasi di Kota Padang. Suasana yang disuguhkan sangat menyejukkan karena pengunjung dapat menikmati hamparan dataran tinggi hijau di sekeliling ABG Waterpark, selain itu juga tersedia fasilitas live music, treadmill, dan masih banyak lagi. Setalah sarapan dan mengkondisikan peserta tour, kami melakukan permainan luar ruangan atau outdoor games  di lapangan di sebelah kolam ABG Waterpark. Permainan yang dimainkan oleh peserta tour ini merupakan permainan memindahkan air dan mengeluarkan bola dari pipa besar yang dapat meningkatkan kerjasama tim dan membuat hubungan antar peserta semakin erat karena mereka harus bekerjasama untuk memenangkan permainan.


Oh iya, kalau berkunjung ke Padang, korang afdhol rasanya jika tidak berkunjung ke Taplau! Jadi setelah bermain ria bersama peserta tour kami melanjutkan perjalanan ke Taplau. "Perhatian kepada peserta tour, sebentar lagi kita akan sampai pada Pantai Padang. Disana, kita akan menikmati sunset dan berfoto-foto di Monumen Merpati Perdamaian" begitulah kira-kira ketika aku menginstruksikan agar peserta tour bersiap-siap untuk turun dari bus. Suasana sore hari di taplau benar-benar menenangkan pikiran yang awalnya terasa lelah, suara ombak yang silih berganti menyapu pinggiran pantai dan matahari yang perlahan terbenam membuat kami betah berlama-lama duduk dipinggiran pantai sambil menikmati air kelapa muda yang banyak di jual dipinggir pantai. 

Hari terakhir di kota padang, kami berkunjung ke Masjid Raya yang masjid terbesar di Sumatra Barat yang terletak di Jalan Chatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang dan juga berkunjung ke Bukittinggi.

Masjid Raya memiliki design arsitektur yang sangat indah dan menarik, masjid ini juga merupakan salah satu ikon kota padang. Masjid Raya Sumatra Barat menampilkan arsitektur modern yang tak identik dengan kubah. Atap bangunan menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan untuk mengusung batu Hajar Aswad. Pekarangan masjid sangat luas, bersih dan asri. Aku dan rekanku, Kak Maya juga menyempatkan untuk mengambil beberapa foto untuk diabadikan di depan Masjid Raya ini. Oh iya, orang-orang dibelakang kami merupakan beberapa peserta rour yang tidak sengaja ikut tertangkap kamera, hehe. Selanjutnya, kami menuju bukit tinggi untuk mengunjungi pusat oleh-oleh dan Jam Gadang. Mesin yang digunakan untuk Jam Gadang yang bernama Brixlion adalah mesin penggerak manual yang dibuat oleh Bernard Vortmann yakni salah satu bangsawan Amerika Serikat. Brixlion hanya ada dua di dunia yakni hanya digunakan di Big Ben London dan Jam Gadang Bukittinggi. 


Pokoknya setelah pulang dari berkaryawisata di Kota Padang, banyak sekali deh pengetahuan dan wawasan baru yang aku dapatkan. Sepertinya aku akan segera kembali kesini dalam waktu dekat karena gagal move on! hehe.







Minggu, 04 Oktober 2020

Film critique: Tres Metros Sobre el Cielo

No comments    

Full Name: Nitana Talia
Student Number: A1B218091
3rd Asignment


Tres Metros Sobre el Cielo is a film directed by Luca Lucini, based on the novel by Federico Moccia. It was released in cinemas in Italy on 12 March 2004. This film tells the story of a man named Hache played by Mario Casas and Babi played by MarĂ­a Valverde who have a quite complicated relationship because they have very different backgrounds in life. I still remember watching this film when I was in the 2nd grade of high school in 2016, and I discovered this film 12 years after this film was released.

 

Tres Metros Sobre el Cielo or 3MSC, which means "Three Steps Over Heaven", is a Spanish-language film so subtitles are needed in English so that the audience can understand this film. However, until now it is very difficult to find the subtitles for this film because this film on various official sites is quite old. Besides that, in my opinion this film is very focused on their fights and sexual life which is completely monotonous so that I sometimes feel bored for certain scenes. The sound effect used when Babi fights Daniela is exaggerated and does not match the movements when they hit each other and the punches that are given don't look so real and made up.

Another thing about this film that I really regret is some moral messages that can be misinterpreted because this film shows that Babi and Hache have promiscuity, fight, and leave their parents for their relationship which is truly unhealthy or known as " Toxic Relationship "until the end of the story without any stages or film elements. In simple terms, the plot has several stages, starting from introduction, conflict, complication (complexity), climax, breakdown, to completion. I feel that there is no clear completion in the film, this is certainly a stepping stone for film producers to make viewers curious and look forward to the second season of the film.

Even so, I really enjoyed the film because there were several moral messages that I could conclude and I also experienced a little culture shock when I watched the film which seemed "free".