Name: Nitana Talia (https://www.kompasiana.com/nitanatalia)
Student Number:A1B218091
Class: R-003
Bunda dan Usia
Bunda,
Remang di
sudut kamar, ananda diselimuti pilu
Dulu
helai-helai itu masih hitam dan pekat
Tergerai
indah bak sutera
Dulu
jari-jemari itu masih cakap menari dengan jarum dan benang
Ananda pilu,
Engkau kian
renta
Banyak asa
yang tak kunjung nyata
Banyak
bahagia yang belum dibawa
Bunda,
Kini
sepasang kaki itu mulai tak kuat menopang lelah
Sepasang
mata indahmu juga mulai sayu
Engkau masih
saja lembut dan penuh kasih
Kala
sendiri, engkau simpan lukamu dalam-dalam
Kala hatimu
resah, senyum itu masih kau suguhkan
Semoga
engkau tidak lagi menyeka keringat
Pun mengelap
air mata
Semoga senyum
terus bermekaran diwajahmu
Bunda,
Selamat
ulang tahun.
Fallen petals
They
atracted on your violet
It’s
beautiful, they said
Sometimes
you’re white
or yellow as
a sunshine
How can you
pretend to be nice
Hiding
under all of your colors
Trying to
attract me with your charm
You talk to
the wind
“let my
petals fly away”
To the
ground
Or to the
air
Let her pick
me
It’s getting windy,
and i’m trying
to cover my body
how can i
turn my face?
When you
dressed well like an angel
I’m trying
to cacth,
But all i
got is just this poisonous petals
Oh, Aconitum
I swear,
i’ll heal you
But let me
know,
do you
(really) want to grow with me too?
Sepeda
Usang
Ku kayuh
pedal sepeda ku,
Hatiku terus
berdebar
10km berbatu,
Separuh jalan
tandus,
Dan beantara
berlumpur,
jadi satu.
Debu jalanan
menyerang kedua bola mata ku
Aku sama
sekali tidak menggerutu
Sesekali rantai
sepedaku lepas,
Aku hanya
tersenyum dan memperbaikinya.
Yang aku
ingat hanya sepasang wajah yang terus menumpukan harapnya padaku.
kedua roda nya mulai mengeluh saat terkena
bebatuan kecil.
Peluh terus
berjutahan pada kerah bajuku
Tanpa keluh,
aku memelankan kayuhku.
Dalam hati,
aku terus berharap
Sang saka
belum dikibarkan saat aku tiba di sekolah
Sepedaku
telah usang sekarang,
Beberapa bagian
juga sudah berkarat
Tapi ceritanya
masih hangat,
untuk
dikenang
dan untuk
diabadikan.
Najmi
Malam
semakin larut,
Dua cangkir
cappucino masih tersisa setengah
Bagaimana
bisa mengobrol denganmu begitu mengasyikkan?
Padahal,
kita baru saja bertemu kemarin
Hingga
berjam-jam telah berlalu
Bagaimana
bisa aku baru saja mengenalmu?
Orang dengan
selera humor yang sama
Dan orang
dengan keras kepala yang sama.
Semuanya
membuatku sangat nyaman,
Caramu
memperlakukan ku,
Caramu
menatapku,
Dan juga
caramu tersenyum.
Aku mulai
berdebar setiap kali telepon ku berdering
Berharap
yang ku dengar adalah suaramu.
Hingga saat
nya, aku dan kamu menjadi kita
Lalu dipisahkan
oleh jarak.
Rindu-rindu
mulai menumpuk
Dan doa-doa
mulai bekerja.
Dari
kejauhan,
Aku selalu
mendambakan kita kembali ke tempat itu,
mengobrol
dengan dua cangkir cappuccino dingin di depan kita (lagi)